Materi
: SUSPENSI
Pelajaran :
ILMU RESEP
Nama Siswa :
Fatichatun Nisa’
NIS
: 083/006.079
Kelas :
(XI)
Program Keahlian : (Farmasi)
BAB I
SUSPENSI
A. Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan
cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi
yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang
sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”
Suspensi topikal adalah sediaan cair
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan
untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai
“lotio” termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan
cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi
harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras atau penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan
berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secara intravena atau kedalam larutan spinal .
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi
adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk
larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B.
Stabilitas
Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1.
Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas
penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas
merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil
luas penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas
penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2.
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan
kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula
gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan
menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan
diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3.
Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar ,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan
terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam,
maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi
didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi
dan tetap terdistribusi merata.
Bila partikel mengendap mereka akan
mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang
mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa
ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor
konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak
dapat diubah lagi karena konsentrasi
merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat
alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat
diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan
mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan
zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental
ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
- Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut
gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga
campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago
maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas
suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri .
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan
:
-
Simpan 2 botol
yang berisi mucilago sejenis .
-
Satu botol
ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang
sama.
-
Setelah
beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan
mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk
golongan gom adalah :
§ Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,
dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas
optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan
viskositas yang nyata.
Mucilago gom arab dengan kadar 35 %
kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan
zat pengawet ( preservative).
§ Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus
atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol,
bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai
oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah
dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi
tersebut.
§ Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth
sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab.
Mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
§ Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan
terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa
organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin
memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya
1-2 %.
Golongan
bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat
yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam
yaitu bentonite, hectorite dan veegum.
Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air
mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut
dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan
menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat
adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena
bahan-bahan tersebut merupakan senyawa
anorganik, bukan golongan karbohidrat.
2. Bahan pensuspensi sintetis
§ Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol,
tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor,
misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas
dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya
berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus
halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam
farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan
bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
§ Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama
dagang suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam
air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit
pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1
%.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan
viskositas dari larutannya.
C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode
pembuatan suspensi.
Suspensi dapat dibuat secara :
§ Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang
telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau
kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga
sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat
terdispers dengan medium. Bila sudut kontak
± 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
§ Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan
polietilenglikol
2. Sistem
pembentukan suspensi
§ Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
§ Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan
dan akhirnya membentuk sedimen, dimana
terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake
yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan
deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.
Partikel
suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.
Sedimentasi
yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal
3.
Sedimen
terbentuk lambat
4.
Akhirnya
sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5.
Ujud suspensi
menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa
ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.
Partikel
merupakan agregat yang bebas.
2.
Sedimentasi
terjadi cepat.
3.
Sedimen
terbentuk cepat.
4.
Sedimen tidak
membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula
5.
Ujud suspensi
kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.
D. Formulasi
Suspensi
Membuat
suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
- Penggunaan
“structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured
vehicle, adalah larutan
hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
- Penggunaan
prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan
suspensi sistem flokulasi ialah :
1.
Partikel diberi
zat pembasah dan dispersi medium
2.
Lalu ditambah
zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3.
Diperoleh
suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4.
Apabila
dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured
vehicle
5.
Produk akhir
yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam
structured vehicle
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit,
surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat
pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi
bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang
bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang
bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3
(Aluminium trichlorida)
Bahan Pengawet
Penambahan
bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain
penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi
yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh
bakteri.
Sebagai
bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1 : 1250), etil
p. benzoat (1 : 500 ), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1 %.
Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri
untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan
tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri
chlorida, fenil mercuri asetat.
E.
Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume
sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi
akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo)
sebelum mengendap.
2. Derajat
flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari
suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi ( Voc)
3.
Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas,
membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan
ukuran partikel
Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur
diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan
sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan
kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.